Cerpen Cinta Sweety Heart Part~06

Nah muncul lagi nih kelanjutan dari Cerpen cinta Sweety heart. Hehehe nggak butuh waktu lama kan, ini karena memang kebetulan ide sedang berkeliaran, jadi langsung dilanjutin saja.

Kalau udah lupa sama cerpen sebelumnya, sweety heart part~05 bisa langsung di cek disini. Cekidot...

Cerpen Cinta Sweety Heart Part~06
Cerpen Cinta Sweety Heart Part~06

Sudah entah berapa lama mereka disana, Farel duduk sambil memandangi langit senja dari atap gedung sementara Savira yang berada disampingnya bersandar dibahunya dengan mata tertutup. Setelah puas menangis dan mengatakan semua kekesalan yang ia rasakan, gadis itu tertidur dengan nyenyak dibahunya. Sementara Farel sendiri hanya bisa diam dan mendengarkan, setidaknya ia bisa menjadi pria baik-baik saat ini.

Farel menoleh kesamping, memperhatikan Savira yang tertidur pulas disampingnya, dan senyum tipis menghiasi bibirnya saat merasakan betapa bahagianya dia saat ini, bisa kembali bersama gadis ini, bisa kembali melihat senyumannya, bisa kembali dengan semua kenangan meski dengan keadaan yang jauh berbeda.

“Berhentilah untuk mengejar orang lain Sav, aku tau mungkin aku terlalu lama pergi. Tapi saat ini aku bisa menjanjikan untuk tetap bersamamu selama yang kamu inginkan,” kata Farel dengan nada sedih disetiap kalimatnya, perlahan ia merasakan Savira yang mulai menggeliat. Takut ketahuan Farel kembali menatap langit senja didepannya. Savira merenggangkan otot-ototnya dan menguap, membiasakan diri dengan cahaya yang tiba-tiba dilihat matanya. Kemudian ia menoleh kesamping, tepat saat Farel juga menatapnya.

“Apa yang kamu lakukan disini?” tanya Savira kaget dan buru-buru menjauhkan dirinya, lalu menatap Farel dengan pandangan curiga yang jelas ketara.

“Tidak ada,” jawab Farel sambil beranjak berdiri dari duduknya. Savira mengikuti nya dan ikut berdiri setelah membersihkan debu yang menempel dicelananya karena mereka duduk dilantai.

“Tidak ada? Heh, jawaban seperti apa itu?” balas Savira sinis.

“Berhenti menggunakan nada seperti itu kepada orang yang sudah membantumu, sudah. Ayo pulang sekarang, tubuh ku terasa sakit semua karena mu,” kata Farel dan melangkah mendahului Savira untuk turun dari atap gedung kampusnya. Mendengar kata ‘Membantu’ yang Farel ucapkan mengingatkan Savira akan kejadian tadi yang menimpanya, seingat nya tadi ia akan ditraktir Dirga, kemudian Farel datang, lalu Dirga mengatakan kalau dia dan Seril sudah pacaran, lalu lalu….

“Kamu mau pulang atau tidak?” kata Farel dengan nada kesal, Savira menatap Farel yang sudah mencapai puncak tangga dan setelah menimbang beberapa saat, barulah ia melangkah mengikuti Farel dan menuruni tangga. Tidak ada gunanya juga dia berlama-lama ditempat itu, dan membiarkan dirinya ditinggal sendiri oleh Farel juga sepertinnya bukan pilihan yang tepat.

Cerpen cinta Sweety Heart


“Dorr!!!” Savira langsung meloncat dari tempat duduknya dan menjerit kaget, jantung nya terasa hampir melompat dari rongganya karena dikejutkan begitu rupa, sementara makhluk yang baru saja mengejutkannya itu tertawa terpingkal-pilngkal melihat usahanya berhasil.

“Kamu!!... Apa yang kamu lakukan ha?!” bentak Savira sebel.

“Mengejutkanmu,” jawab Farel santai setelah meredakan tawanya.

“Nggak lucu tau nggak,” keluh Savira sambil kembali duduk bangkunya masih dengan tangan yang menyentuh dadanya untuk menormalkan kembali detak jantungnya yang berdebar-debar.

“Tentu saja, kan aku sudah bilang mengejutkanmu. Bukan memberikan lawakan, ah sudahlah. Ngapain sih ngelamun disini, ayo ikut denganku,” ajak Farel sambil berdiri.

“Kemana?” tanya Savira dengan malas. Farel terdiam sesaat kemudian ia mencondongkan tubuhnya dan menyentuh kedua bahu Savira agar gadis itu menatapnya.

“Ke manapun asal kamu bisa tersenyum kembali,” jawab Farel sambil menatap mata Savira yang dengan cepat suasana mendadak menjadi diam, tatapan Farel sepertinya benar-benar bisa menghipnotis Savira, karena gadis itu mengangguk dengan perlahan kemudian mengikuti langkah Farel, bahkan ia membiarkan Farel yang menggengam tangannya erat.

“Meskipun sikapmu menyebalkan, tapi tanganmu cukup hangat,” puji Savira sambil melangkah. Farel menoleh kearahnya dan lagi-lagi tatapan mereka bertemu
“Terimakasih sudah membantuku melewati masa-masa tersulit, sekarang aku bisa lebih menerima kenyataan yang ada,” lanjutnya sambil tersenyum.

“Asal kamu tau saja, ini pertama dan terakhir kalinya aku membiarkanmu menangisi pria lain. Mulai saat ini, mulai lah hanya menatapku saja. Dan jangan alihkan tatapanmu untuk terpesona pada pacar sahabatmu sendiri,” baas Farel yang membuat Savira kembali cemberut.

“Kamu tau aku sedang patah hati bukan, kenapa kamu malah terus-terus mengingatkan padaku kalau mereka sekarang pacaran, bahkan tanpa kamu ingatkan pun aku tidak bisa untuk melupakannya,” keluh Savira.

“Itu karena aku ingin kamu segera tersadar, sudahlah berhenti membahas mereka. Sekarang apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Farel dan menghentikan langkahnya.

“Makan,” jawab Savira cepat.

“Loh aku fikir kamu sedang tidak nafsu makan karena sedang patah hati,” kata Farel.

“Memang, aku tidak nafsu makan sejak kemaren. Dan tiba-tiba sekarang aku merasa sangat lapar,” jawab Savira sambil cengengesan.

“Apa? Apakah sekarang nafsu makanmu kembali karena sudah bertemu denganku?” tanya Farel dengan wajah sumringah, membuat cengiran diwajah Savira memudar dan tergantikan dengan tatapan keselnya.

“Kamu tau? Sebenarnya, aku lebih nafsu untuk membunuhmu setelah aku bertemu denganmu,” jawab Savira yang langsung dengan cepat membuat Farel menghentikan senyumnya.

“Aku rasa kita bisa makan disana, ayo…” balas Farel dan menggandeng tangan Savira untuk menuju salah satu restaurant yang ada disana, membuat Savira diam-diam tersenyum melihat tingkah Farel yang menurutnya lucu, mungkin memang sebaiknya ia memberikan kesempatan untuk Farel mendekatinya, setidaknya rasa sakit hatinya akan terasa hilang saat ia bersama pria itu. Kemudian Savira menggelengkan kepalanya untuk menjauhkan bayangan itu, dan dalam hati meralat. Ini hanya karena Farel bisa memberikannya makan gratis dan membuatnya tidak merasa kesepian. Bukan karena dia sudah jatuh cinta atau apa. Iya, pasti hanya karena itu.

Cerpen cinta Sweety Heart


Sudah dua minggu sejak kejadian menyakitkan itu, Savira melangkah memasuki kampusnya dengan sebuah senyuman. Ini kali pertama ia tersenyum untuk menyambut harinya, sepertinya ia sudah tidak merasakan sakit lagi karena Dirga, bahkan ia bisa menerima kalau mereka berpasangan. Entah karena Farel yang terlalu ahli untuk menghiburnya atau karena memang dirinya saja yang lemah begitu mudah menerima kehadiran pria itu.
Selama dua minggu ini, tidak sekalipun Farel memberikan nya kesempatan untuk melamun. Ia selalu menganggu dan datang dengan berbagai macam alas an untuk membuat Savira tidak diam sendiri, bahkan saat malam dan bayangan menyakitkan itu akan kembali masuk keingatannya, Farel menelfonnya dan membuatnya kesal yang berakhir dengan rencana untuk membalas pria itu.

“Hei, tumben cepet,” tepukan dibahu Savira membuat gadis itu menoleh. Dan mendapati senyuman Seril kearahnya, Savira ikut tersenyum membalasnya “Ahh rasanya sudah lama aku tidak melihat senyumanmu, sudah dua minggu ini kamu selalu sibuk mengurusi pacarmu yang dengan seenaknya selalu mencurimu dimana pun kita berada, aku merindukanmu terasa sangat sepi tanpamu selama dua minggu ini,” lanjutnya yang membuat Savira kembali tersenyum.

“Maaf… Tapi aku yakin kamu tidak merasa kesepian dengan ditemani pacarmu itu. Lalu, dimana pacarmu berada?” tanya Savira dan melihat kesekeliling.

“Dia sedang parkir tadi, aku segera menghampirimu karena aku melihatmu jalan sendiri, tanpa pacar yang selalu mencurimu dariku itu. Jadi aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menyapamu,” jawab Seril sambil tersenyum.

“Aku tidak selalu mencurinya, kita hanya member kesempatan kamu untuk bersama pacarmu, seharusnya kamu mengucapkan terimakasih karena tidak ada yang bisa menganggu kalian,” sebelum Savira sempat menjawab, sebuah suara sudah terlebih dahulu mengintrupsinya dan kedua gadis itu segera menoleh, menatap Farel yang tiba-tiba muncul yang entah dari mana.

“Tapi Savira bukan penganggu untuk kami berdua, dan kami bertiga sudah sering bergabung bersama, terasa aneh rasanya saat Savira tidak ada,” protes Seril.

“Memang, itu saat kalian bertiga bersahabat. Tapi sekarang keadaan jelas jauh berbeda, aku tidak akan membiarkan pacarku menjadi penonton kemesraan kalian, jadi aku membuat semuanya menjadi lebih baik, dan sekarang habiskan waktu yang aku berikan untuk kalian sebelum aku berubah fikiran. Ayo Savira,” kata Farel saat dilihatnya Dirga yang melangkah menghampiri mereka, Seril terdiam sesaat. Savira yang melihatnya merasa tidak enak, bagaimanapun kalimat Farel bisa membuat siapa saja tersinggung.

“Tenang saja,” kata Savira sambil menyentuh bahu Seril, membuat gadis itu menoleh kearahnya. “Aku tidak sedang menjauhimu untuk waktu yang lama, nanti siang kita akan makan bersama lagi, tapi sebaiknya kalian berdua tidak bermesra-mesraan didepanku dan membuat pacarku kembali merebutku dari kalian karena kekhawatirannya,” lanjutnya sambil tersenyum. Seril juga tersenyum, begitu juga Dirga yang sudah tiba disana, sementara Farel masih terdiam, tidak menyangka akan mendengar kata ‘Pacar’ yang Savira ucapkan untuknya. Jadi, Savira sudah menganggapnya sebagai pacar sekarang?

“Baiklah kalau begitu, sampai nanti siang. Sekarang ayo kita kekelas,” ajak Dirga dan dibalas anggukan oleh Seril dan Savira lalu Dirga melangkah pergi begitu juga dengan Seril, Savira ikut dibelakangnya. Tapi kemudian langkahnya terhenti dan mentap kearah Farel yang masih berdiri ditempatnya dengan ekspresi yang Savira sendiri tidak mengetahui apa artinya.

“Kamu nggak ada kelas hari ini? Kenapa masih bengong disana?” tanya Savira dan menghampiri kearah Farel yang masih berdiri tidak jauh darinya. Farel menatap kearah Savira yang makin tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

“Kamu mengatakan kalau aku pacarmu didepan Seril tadi,” jawab Farel yang membuat Savira langsung terdiam, kemudian mengingat kejadian tadi lalu baru tersadar kalau dia memang melakukannya. Kaget, Savira mundur dua langkah dan menutup mulutnya “Kamu sudah mengakui ku sebagai pacarku?” pertanyaan Farel membuat Savira merasa malu dan menggeleng dengan cepat.

“Bukan seperti itu, aku hanya menggunakan kalimat yang sering kamu katakan untuk menyembunyikan kenyataan yang terjadi dari Seril, aku tidak benar-benar menganggapmu sebagai pacar, aku hanya sedang berbohong dan yaa yaaa kamu kan tau sendiri kalau aku hanya sedang tidak ingin menyakiti mereka, salahmu sendiri karena mengatakan kalimat yang bisa membuatnya meraasa tersinggung,” kilah Savira gugup sementara Farel masih menatapnya.

“Aku akan dengan segera membuat kebohongan itu menjadi nyata,” jawab Farel sambil tersenyum dan melangkah meninggalkan Savira sendiri. Sementara Savira masih merutuki dalam hati kenapa ia bisa mengatakan hal demikian, setaunya kalimat itu meluncur begitu saja. Bahkan ia tidak benar-benar menyadari kalau ia mengatakan hal demikian. Dalam hati berfikir jangan-jangan memang dia ingin kalau Farel benar-benar menjadi pacarnya. Dan lagi-lagi Savira menggelengkan kepalanya untuk menjauhkan bayangan itu, dan perlahan melangkah pergi.

Cerpen cinta Sweety Heart


Savira sedang melangkah melewati koridor kampus setelah keluar dari toilet dan akan kembali kekantin menemui kedua sahabat nya, tapi kemudian datang 3 orang gadis yang tidak dikenalnya menghalangi langkahnya. Kaget, Savira menatap ketiga gadis itu dengan pandangan tidak mengerti. Tapi salah satu dari mereka mendorongnya kedinding dan mengurungnya dengan dikelilingi tiga gadis itu. Tanpa perlu menjadi orang pintar pun, Savira tau kalau keadaan ini benar-benar buruk sekerang.

“Aaa ada apa?” tanya Savira terbata-bata.

“Kamu pacarnya Farel kan?!” bentak salah satu dari mereka yang tadi mendorongnya kedinding.

“Farel?” Savira mengerutkan keningnya, jangan bilang gadis-gadis ini penggemar Farel yang diceritakan seril, ahh ini benar-benar bukan sesuatu yang menyenangkan. Dimusuhi atas kesalahan yang dilakukan mungkin masih bisa dimaklumi, tapi dimusuhi atas kesalahan yang TIDAK dilakukan tentu bukan lah hal yang bisa ditoleransi.

“Nggak usah berlagak bego, apa yang sudah kamu lakukan sama Farel sampai bisa menjadi pacarnya ha?!” kali ini gadis disampingnya yang membentaknya sambil memukul dinding tepat disampingnya, ekspresi marah jelas tergambar disana.

“Aku tidak melakukan apapun,” jawab Savira dengan takut “Dia sendiri yang mendekatiku,” lanjutnya.

“Halakh, kamu fikir kita bakal percaya begitu saja. Jangan mimpi, kamu pasti sudah menggodanya kan? Dengan cara apa ha?!” kembali gadis yang berada didepannya berteriak marah.

“Tidak, aku sama sekali tidak melakukan apapun. Aku sudah mengatakan kalau Farel sendiri yang mendekatiku,” jawab Savira sebel.

“Kamu nantangin ya, dasar cewek nggak tau diri!” bentak gadis itu sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi, siap melayangkan tamparannya kepipi Savira, kaget dengan keadaan itu Savira segera menjerit dan memejamkan matanya. Ia yakin, rasa sakitnya tidak akan jauh berbeda dengan kebencian yang dirasa kalau tangan itu menyentuh kulitnya.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar