Cerpen Cinta 'Ending' Part ~ 02

Hehehhe Datang laggi nieh kelanjutan dari Cerpen cinta ‘Ending’ yang kemaren masih mogok ditengah jalan lagi. Mumpung ide nya masih jalan... jadi lanjut ajja terus... takut kalo akhirnya bakalan bernasip sama seperti Prince and Princes. Hiks hiks hiks...

Okelah, dari pada kebanyakan curcol ga jelas, langsung kecerita nya ajja yuk, gimana... apakah ada part lainnya atau akan segera berakhir ini... entahlah, sebenernya penulis yang cantik ini juga ga tau. Karena jujur saja, ini cerpen belum ketemu sama yang namanya ending. Bahkan bayang-bayang untuk menyelesaikan ini cerpen juga belum ada. Untuk yang lupa sama part sebelumnya, bisa di cek disini. Over all, happy reading ajja...


Cerpen Cinta 'Ending' Part ~ 02

"Kamu kenapa sii..." Tanya Tiara sambil duduk disamping Sam, sudah hampir 4 hari anak itu mendiamkannya, bahkan sikap nya benar-benar aneh, cuek, acuh, tidak perduli, bahkan mengabaikannya. Sam menoleh, melihat Tiara sekilas, lalu menggeleng.

"Enggak ada" Jawab Sam cuek, Tiara menahan amarahnya dengan menggenggam tangannya lebih keras. Berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan hatinya. Sabar Tiara, ini hanya memang yang saharusnya terjadi, kamu tau apa yang terjadi bukan? Biarkan kisah ini berjalan sesuai rencananya, kamu hanya perlu mengikuti alur yang memang tertuliskan untuk kamu lakukan, bersikaplah seolah-olah semuanya ini tidak kamu ketahui. Bisik batin Tiara.

"Baiklah,... Ngomong-ngomong malem tadi udah tidur ya?" Tanya Tiara berusaha untuk bersikap biasa, walau malam tadi dia sempet kesel juga. Karena telfone nya ditutup begitu saja, bahkan setelah dia menelfone kembali malah tidak diangkat-angkat, dan kalau bisa ditambahain sepertinya sempat dua kali di matikan.

"Enggak juga..." Balas Sam acuh.

"Lalu..." Tanya Tiara karena Sam tidak melanjutkan kata-katanya untuk menjelaskan.

"Aku sedang males ngomong" Jawab Sam santai, Tiara menutup matanya dan menarik nafas panjang berusaha mati-matian untuk menetralkan prasaannya. Menenangkan hatinya yang terasa begitu sakit. Nyesek... Tapi semua itu harus dilaluinya dengan tenang, tidak boleh gegabah. Dia harus bersikap tenang, mengingat untuk terakhir kalinya dia akan merasakan ini.

"Huffhh... Kalau begitu, mau sampai kapan kamu seperti ini?" Tanya Tiara berusaha untuk menunjukkan senyumannya, senyuman yang benar-benar diusahakan setulus mungkin untuk meredam sakit dihati yang ia rasakan.

"Entahlah... Sampai tahun depan mungkin" Jawab Sam kembali tanpa perduli. Lagi. Sakit itu terus terasa, bahkan sepertinya luka dihatinya belum cukup dengan luka-luka itu. Luka yang masih berdarah, tergores lagi dihatinya. Tiara masih bersikap tenang, menahan emosinya.

"Baiklah, kalau itu membuatmu tenang. Aku akan menunggu, hanya saja. Pastikan kalau tahun depan kamu kembali seperti semula" Balas Tiara sambil menatap Sam yang berada disampingnya, berusaha menyingkirkan segala rasa sakit yang ia rasakan, sepertinya sudah terlanjur rasa sakit itu terasa. Kita lihat saja, sampai seberapa rasa sakit yang mampu diberikan Sam untuknya. Sampai kapan, laki-laki yang dicintainya itu berusaha untuk menyakitinya.

"Tidak. Aku bercanda, bukan tahun depan. Entahlah, aku juga tidak tau sampai kapan" Jawab Sam seolah tanpa beban. Dan untuk yang entah keberapa kalinya Tiara menahan diri untuk tetap tenang.

"Sam... Dengar kan aku, kamu bisa melakukan apapun dengan status kita. Hanya saja, satu yang aku minta. Kembali lah seperti semula. Kamu tau, aku akan berusaha menerima segala apapun yang akan kamu lakukan asal kembalilah seperti semula" Ucap Tiara, Sam terdiam. Kembali rasa sakit itu terasa semakin jelas. Tiara menenangkan dirinya, ia yakin Sam sedikit tau apa yang dia rasakan. Entah perasaaannya saja atau memang Sam sengaja terlihat sedang menyakitinya dengan sengaja.

"Dan... Aku hanya ingin bilang, Usahamu sia-sia. Jika mau dibenci, tolong. Jangan memperburuk image mu. Asal kamu tau saja, aku tidak mau hidup dalam kebencian" Ucap Tiara kembali, Sam menoleh kearahnya tanpa suara, dan kali ini Tiara berusaha untuk menguatkan hatinya, ia tau. Mungkin ini terakhir kalinya dia bisa bersikap seperti ini. Dia hanya ingin Sam berhenti untuk menyaktiinya.

"Kalau begitu, aku ingin bicara padamu nanti. Aku akan menelfone mu" Balas Sam setelah terdiam beberapa saat, seperti menimbang apakah sebaiknya ia mengatakan itu.

"Baiklah, aku pasti ada waktu. Hanya saja, seandainya itu pembicaraan serius. Tentang hubungan kita atau apapun. Aku tidak mau membicarakannya di telepone" Balas Tiara berusaha untuk terlihat santai. Sam terdiam sesaat, berfikir.

"Mungkin sebaiknya besok, kamu hanya perlu menyiapkan dirimu. Besok. Kita ketemu di taman" Kata Sam sambil berdiri, Tiara ikut berdiri.

"Kamu tenang saja. Aku pasti akan datang. Dan... Yahh setidaknya, aku tau itu akan menjadi pembicaraan serius" Balas Tiara lalu melangkah pergi, tidak tahan jika harus terus menenangkan dirinya sendiri. Terlalu sakit rasa itu untuk dirasakan sendiri. Tapi sudah sejauh ini, dia tidak mungkin mundur lagi. Sepertinya memang beginilah yang seharusnya terjadi. Memang sudah seharusnya dia merasakan rasa sakit ini. Sendirian. Ya, Hanya sendiri. Asal Sam tidak merasakannya, Tiara rela diperlakukan seperti ini. Hanya sampai besok, setelah itu. Mungkin dia bisa memperbaiki dirinya. Dia tau apa yang akan terjadi esok hari, tentang hatinya, tentang hubungannya, dan tentang apa yang dia rasakan. Yang jelas, persiapkan diri untuk tidak menangis. Hanya itu.


~ Cerpen cinta 'Ending' ~


Sebisa mungkin Tiara berdoa dan menguatkan dirinya. Dengan tampang sedikit menahan rasa sakit dan kesedihan yang mungkin tidak bisa ia sembunyikan. Tiara masih belum mempercayai dan menerima begitu saja, apakah benar kisahnya hanya seperti ini... atau lagi-lagi hanya akan menjadi kan dirinya sebagai pecundang? Benarkah begitu buruk perannya sebagai seorang pacar? Kenapa harus lagi-lagi merasakan rasa sakit yang sama.

Dan sepertinya usahanya sia-sia. Karena Vitta, sahabatnya itu sepertinya menyadari akan perubahan sikapnya. Dan akhirnya, meski kembali mengingat apa yang terjadi pada dirinya yang jelas membuat hatinya bertambah sakit, Tiara menceritakan apa yang dialaminya kepada Vitta. Orang yang mungkin bisa ia anggap sebagai sahabat yang mampu membuatnya sedikit tenang. Setidaknya, Vitta masih bisa diajak bicara. Mungkin dengan menceritakan kepada orang lain, dia bisa lebih berusaha untuk menerima.

“Sam bilang begitu?” Tanya Vitta kaget begitu Tiara menceritakan kejadian kemaren dan kejadian-kejadian sebelumnya yang telah dialami. Beberapa kejadian yang membuat air matanya hampir menetes. Dia yang terlalu bodoh karena tetap mempertahankan, atau memang Sam orang yang tidak punya hati karena memperlaukan itu kepadanya.

Kata-kata Sam kemaren benar-benar terus terngiang diingatannya, makian ituu... seperti belum cukup dengan segala tingkah kecuekan, tingkat tanpa perduli itu. Masih juga ditambah dengan luka yang kembali mengiris-iris hatinya. Tiara ingin menjerit dan meminta Sam menghentikan usahanya untuk terus menyakiti Tiara, tapi Tiara juga tidak tau, apa yang harus ia lakukan agaar Sam mau menghentikan perbuatannya.

Mungkin Sam berharap dengan menyakiti Tiara, maka Tiara akan memutuskannya. Tapi, sepertinya itu adalah harapan yang sia-sia. Karena Tiara sama sekali tidak akan pernah mengatakan itu. Dia rela seberapa sakit yang ia rasakan menanggung ini sendirian, karena ia yakin. Jika kata ‘Putus’ atau ‘Udahan’ itu keluar dari mulutnya, pasti rasa sakit yang ia rasakan lebih banyak lagi karena akan ditambah dengan beberapa penyesalan nantinya. Jadi ia putuskan untuk tetap menerima segala apa yang Sam lakukan, buatnya. Mungkin semakin banyak rasa sakit yang ia rasakan, akan semakin mudah dirinya untuk melupakan. Hanya saja, kenapa kata melupakan itu terlalu sulit.

“Tiara... Katakan padaku kalau kamu berbohong...” Ucap Vitta kembali menyadarkan Tiara dari lamunanya, Tiara tersenyum Miris. Ya, sejujurnya ia juga menginginkan itu. Menginginkan kalau semua ini hanyalah kebohongan semata. Tapi sepertinya kenyataan yang ada tidak berpihak kepadanya.

“Jujur saja. Aku juga mengingin kan ini hanyalah kebohongan semata Vit. Tapi Memangnya apa lagi yang bisa aku katakan, memang ini lah yang terjadi. Sudah dari kemaren dia mendiamkanku, dan aku juga tidak tau kenapa” Jawab Tiara, meskipun ia menceritakan masalahnya, tapi tetap saja. Dia tidak menceritakan apa pun tentang ‘Wanita itu’ karena ia ingin. Meskipun hubungannay dengan Sam berakhir, dia tidak ingin Sam terlihat buruk dimata teman-temannya. Biarkan rasa sakit ini hanya untuk dirinya. Tanpa harus dirasakan oleh orang-orang terdekatnya lagi.

“Dan kamu masih diam saja diperlakukan seprti itu?” Tanya Vitta sambil menatapnya tidak percaya. Tiara kembali tersenyum miris, baru seperti ini yang ia ceritakan saja sahabatnya sudah bersikap begini, apalagi jika ia menceritakan semuanya. Mungkin pandangan Vitta terhadap Sam akan lebih buruk lagi. Dan tentu saja, Tiara tidak mau hal itu terjadi.

“Memangnya apa lagi yang bisa aku lakukan? Rasa sakit ini sudah sepantasnya aku rasakan bukan?” Balas Tiara dengan tatapan menerawang.

“Dengar Tiara, jangan terlalu membenci dirimu sendiri. Kamu berhak bahagia. Kenapa kamu tetap diam saja diperlakukan seperti ini. Hei, sudah cukup kejadian masa lalu yang menyakitkan itu untukmu, apakah saat ini kamu mau mengulangi rasa yang sama?” Ucap Vitta, Tiara terdiam. Benar, apakah kejadian masa lalu akan kembali ia rasakan. Lagi-lagi dicampakkan oleh orang yang ia cintai? Menyedihkan sekali hidupnya.

“Yaahh... mungkin dengan banyaknya rasa sakit yang aku rasakan ini, maka apa yang aku rasakan akan sedikit berkurang. Aku tidak bisa memutuskannya” Ucap Tiara.

“Kamu masih mau bertahan sementara dia sudah mencacimu sedemikian rupa? Hei, belum tentu dia punya hati. Kalau dia masih memiliki perasaan, tidak mungkin dia melakukan itu semua bukan?” Balas Vitta.

“Mungkin yang dia katakan benar” Kata Tiara “Ya, mungkin memang aku seperti itu. Kamu tau apa yang dia katakan... dia mengatakan bahwa aku itu Egois, keras kepala, sok cantik, mau menang sendiri, ga pernah memikirkan orang lain, dan semua orang tidak menyukaiku. Bahkan semua teman-temannya tidak ada yang menyukaiku sama sekali. Yaahhh mungkin aku memang seperti itu bukan?” lanjut Tiara meski rasa sakit kembali menusuk-nusuk hatinya. Dikatakan sedemikian rupa oleh orang yang dipercaya, oleh orang yang dicintai dan oleh orang yang sakitnya dia sangat dihidnari itu ternyata benar-benar sulit dan sangat menyakitkan.

“Tiara, jika kamu egois mana mungkin kamu tetap bertahan meski diperlakukan seperti ini, Jika kamu keras kepala, mana mungkin kamu tetap menuruti kemauannya tanpa membantah seperti ini, bahkan semua orang juga tau kamu itu memang cantik, jadi tidak ada yang namanya sok cantik disini... yaahhh walaupun kamu itu Narsis, tapi itu hanya bercanda, aku tau kamu hanya berusaha untuk tidak terlihat minder. Memang sii terkadang itu over dosis, tapi aku tidak melihat adanya kesalahan disana” Bantah Vitta tegas “Dan apa dia bilang, kamu keras kepala dan mau menang sendiri. Hei lihat sekarang, siapa yang keras kepala dan mau menang sendiri itu. Bahkan yang egois itu sekarang siapa? Seenaknya saja dia bilang begitu” Lanjutnya.

“Tapi itu pendapatnya Vit, dan sebagian besar teman-temannya berpendapat yang sama. Bahkan teman-temannya pada menghinaku didepannya, berarti bukan Cuma dia saja yang emnganggap aku beneran tidak pantas untuk Sam. Dan aku yakin, Sam itu hanya tidak suka apapun yang ia miliki di kritik orang lain, ia hanya ingin...” Tiara terdiam tanpa bisa meneruskan kata-katanya, karena sebenarnya ia juga tidak tau apa yang Sam inginkan.

“Kamu masih saja membelanya setelah semua ini? Tiara Tiara... kamu terlallu baik untuk tetap dibiarkan menerima rasa sakit ini. Apakah kamu akan tetap diam saja? Kamu masih mau mempertahan orang seperti itu?” Tanya Vitta.

“Aku tidak mau menyakitinya Vitta. Sepertinya itu alasan yang cukup untuk tetap bertahan”

“Terkadang aku heran, apa yang membuatmu begitu mencintainya, Oke aku tau dulu dia memang baik bahkan aku juga sampai salut dengannya, tapi sekarang... kamu tau, dia sudah menjadi orang yang bahkan aku sendiri tidak bisa mempercayai itu. Aku juga tau, dulu dia seperti apa. Tapi itu hanya DULU Tiara. Masa lalu, dia sudah tidak sebaik itu sekarang...”

“Mungkin karena banyak temannya yang tidak menyukaiku, dan membuatnya tidak tenang karena aku tidak seperti yang dia harapkan” Kata Tiara.

“Kalau memang seperti itu, bukankah itu artinya dia lebih memilih teman-temannya dibanding kan dirimu. Meamngnya kamu mau mempertahankan orang seperti itu?”

“Entahlah, aku bingung. Sebenarnya rasa sakit ini sangat sulit untuk aku diamkan. Hanya saja, aku tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan agar rasa sakit ini terhenti untuk dirasakan” Ucap Tiara menyuarakan isi hatinya, Vitta menatapnya penuh prihatin. Terkadang, sahabatnya ini bisa terlihat begitu lemah jika bicara soal cinta.

“Kamu tau apa yang harus kamu lakukan Tiara, dengan semua rasa sakit itu, dengan semua perlakukannya dan dengan semua penghinaannya. Aku yakin kamu tau apa yang harus kamu lakukan, dan sebenarnya kamu harusnya melakukan itu sebelum bertambah banyak rasa sakit yang ia berikan” Balas Vitta sambil memegang bahu Tiara, berusaha untuk menguatkan sahabatnya yang tampak begitu Rapuh.
 

“Aku tidak bisa melakukannya Vitta. Aku tidak mau menyakitinya, kamu tau itu. Aku tidak mungkin melanggar janjiku sendiri, dia tidak boleh tersakiti apalagi karena aku” Kata Tiara, Vitta menghembuskan nafas putus asa. Sudah tidak ada lagi yang bisa ia lakukan, sepertinya memang sifat keras kepala sahabatnya ini muncul disaat yang tidak tepat. Ya, ia tau sahabtnya keras kepala, tapi ia juga tidak menerima jika sahabatnya dihina seperti itu.

“Kamu pasti tau apa yang harus kamu lakukan bukan? Atau setidaknya, kamu pasti tau apa yang kamu lakukan ini sudah kamu fikirkan akibatnya, aku hanya bisa membantumu dari bayang-bayang. Semua masalah kamu sendiri yang bisa menyelesaikannya. Tapi percayalah, aku akan selalu ada disampingmu jika kamu membutuhkan bantuan” Ucap Vitta akhirnya. Tiara menoleh, menatap sahabatnya yang menatapnya penuh perhatian. Air matanya hampir menetes karena haru, tapi ia berusaha sekuat tenaga untuk menahannya. Vitta memang sahabatnya yang terbaik. Ia tau itu.

“Terimakasih untuk semuanya teman...” Kata Tiara akhirnya, memaksakan seulas senyuman kearah Vitta yang hanya membalasnya dengan anggukan.

Bersambung...

Cut lagi yaahh... Ihihihi... sepertinya nie kisah juga ga tau mau dibawa kemana. Yaa pokoknya masih berlanjut deh, tapi alamat menunggu lagi lah yaa... walau diusahain dengan sangat lanjutannya akan segera tiba dan detik-detik ending mendekat. Hahaha, memang cerpen yang benar-benar singkat. Ckckckck...



Salam~Mia Cantik~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar