Cerpen Cinta I am Falling in Love With You ~ End

Halo temen - temen pembaca semua. Ada yang masih nungguin cerpen karya mia nggak? Nah, kali ini nih, mia mau bawain bagian endingnnya. Soalnya kayak yang pernah mia bilang kalau Cerpen Cinta I am Falling in Love With You cuma sampe part 7 doank. Gitu.... Dan ngomong ngomong, maaf ya endingnya lamaaaaaa banget. Soalnya disini gak bisa online. Huwaaaaaa.....

Dan biar nggak bingung sama jalan ceritannya, monggo di cek dulu bagian sebelumnya disini.


I am Falling in Love With You

“Apa loe bilang? Adik???” Kata Hawa setengah berteriak setelah Mirma menyelesaikan ceritanya. Hawa juga tidak menyangka hal itu akan dialami oleh sahabatnya, kenapa sih sahabatnya harus selalu merasakan penderitaan oleh darah yang sama.

“Iya Wa, Steven adiknya Surya. Gue tau juga karena kemaren dia yang bilang sama gue, sekarang loe percaya kan kalau gue bilang mata mereka Mirib. Dan semua yang telah Steven lakukan sama gue, gue nggax tau kenapa dia mengulang skenario yang pernah gue lalui bersama Surya dulu, hanya Saja gue nggax menyangka kalau dia akan membohongi gue selama ini” kata Mirma dengan sendu.

“Tenang Mirma, Sabar. Loe harus kuat. Tapi tunggu, kalau mereka adik-kakak, bukan kah itu artinya Steven tau keberadaan Surya sekarang?? Mirma, loe pasti bisa bertemu Surya lagi, sekalipun sekarang loe udah mencintai Steven, mungkin loe bisa mengatakan Maaf loe sama Surya bukan?” sarah Hawa.

“Loe bener! Kenapa gue nggax kepikiran sampai kesana ya, kalau 5 tahun yang lalu dia menjalani operasi, kemungkinan besar dia masih nggax mau ketemu gue karena dia merasa bersalah dan takut gue tidak menerimanya lagi kan?” balas Mirma dengan setitik harapan menghiasi wajahnya yang terlihat sendu.

“Kalau begitu, ayo kerumah Steven sekarang” ajak Hawa sambil berdiri.

“Tapi Wa, gue malu. Gue udah berfikiran yang nggax-nggax sama Steven, bahkan gue udah berteriak serta membentaknya kemaren. Pasti Sekarang Steven membenci gue” kata Mirma.

“Loe tenang aja Mir, itu nggax mungkin terjadi. Seandainya terjadi gue akan mencoba membantu elo nantinya, yang jelas sekarang kita berangkat. Loe percayakan ini sama gue Mirma” kata Hawa, Mirma menangguk menanggapi, lalu berdiri siap melangkah kekamarnya. (LOL?) untuk mengganti baju dan sedikit merapikan penampilannya.

****

“Mirma?” Steven kaget begitu membuka pintu rumahnya, karena tepat dihadapan nya Mirma dan Hawa yang tampak kelelahan berdiri didepan rumahnya.

“Iya ini gue. Gue mau bicara sama loe” kata Mirma “Gue mau minta maaf” lanjutnya sambil menunduk.

“Eeee, ya udah. Mending kalian masuk dulu yuk” ajak Steven sambil mempersilahkan kedua tamunya untuk memasuki rumahnya dan membawa mereka keruang tengah. Lalu ia sendiri menuju kedapur, tak berapa lama setelahnya, barulah ia keluar sambil membawa tiga gelas air dan sepiring pisang goreng untuk tamunya.

“Diminum dulu...” Tawar Steven, Mirma dan Hawa membalasnya dengan anggukan.

“Loe tau dimana Surya sekarang kan Steve?” Tanya Hawa begitu Steven duduk didepannya. Steve tampak terdiam beberapa Saat. Tatapannya menerawang jauh.

“Kak Surya...”

“Gue mohon sama loe Steve, gue mau ketemu dia. Tolong Steve, gue pengen ketemu dia walau untuk terakhir kalinya. Gue banyak banget salah sama dia. Gue bener-bener butuh bantuan loe.. gue”

“Tenang Mirma...” Hawa menenangkan dan merangkul bahu Mirma.

“Heeh, bahkan untuk urusan cinta pun dia lebih baik dari pada gue” kata Steven yang sepertinya ditujukan untuk dirinya sendiri. Membuat Mirma dan Hawa menatapnya bingung

“Gue akan memberitau kalian apa yang terjadi dan dimana kakak gue sekarang. Maaf membuat loe menunggu selama ini Mir” lanjutnya kearah Mirma yang kembali menunduk.

“Loe nggax bohong kan Steve?” tanya Mirma menyakinkan.

“Apa sebegitu benci nya loe sama gue Mir? Sampai loe udah nggax percaya lagi sama omongan gue?” tanya Steven sedih yang membuat Mirma merasa bersalah.

“Bukan gitu maksud gue, tapi...”

“Baiklah, ikut gue sekarang” Potong Steven sambil berdiri “Gue yakin kalau kak Surya pasti senang kalau kalian menemuinya, dan gue yakin kalau kakak gue sangat merindukan elo Mirma” lanjutnya sambil menatap Mirma yang nggax tau harus mengatakan apa.

“Kita pergi sekarang Steve?” tanya Hawa sambil berdiri diikuti sama Mirma.

“Gue yakin itu yang diinginkan Mirma bukan?” balas Steven yang Mirma yakin kalau nada itu sangat tidak menyenangkan untuk didengar. Dan Mirma hanya mampu terdiam menanggapinya. Dia tau Steve pasti marah terhadapnya, tapi nggax ada lagi yang ingin ia lakukan sekarang selain bertemu Surya. Urusan Steven bisa ia urus nanti.

****

“Dimana ini Steve? Mana Surya?” tanya Hawa begitu Steven menghentikan langkahnya disebuah perbukitan yang Mirma dan Hawa juga sama sekali nggax tau tentang ini semua.

“Kalian mau ketemu kak Surya kan?” Steven balik bertanya.

“Iya. Tapi...”

“Loe bisa melihat nya kan? Ini tempat petristirahatan terakhirnya kak Surya” jawab Steven sambil menunjuk gundukkan tangah yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Mirma dan Hawa melihat kearah yang ditunjuk Steve, dan tanpa dikomando air matanya mengalir, yang baru-baru ini terus ia lakukan. Diatas nisan bertulisan jelas nama Surya.

“Operasi yang dilakukan kakak gue 5 tahun lalu, gagal. Dan diaaa...”

“Ja jadi... Surya...” Mirma tidak bisa meneruskan kata-katanya dan kakinya juga tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya, karena ia langsung berlutut dengan air mata yang mengalir deras begitu juga Hawa, hanya saja sepertinya Hawa Masih bisa menguasai dirinya.

“Tenang Mirma, loe yang sabar yaa” Hawa berusaha menenangkan sahabatnya.

“Surya...” Suara Mirma bergetar “Kenapa loe tega membuat gue seperti ini. Kenapa loe nggax pernah mau membagi sedikit saja rasa sakit loe sama gue. Loe menanggung semua ini sendirian sejak lama... kenapa loe nggax cerita sama gue” lanjutnya sedih.

Steve mengusap air matanya lalu mengenakan kacamata hitamnya untuk menyembunyikan tangisnya, dan menyesali dirinya kenapa harus merasa iri melihat perhatian Mirma terhadap kakaknya, tidak seharusnya ia merasakan ini. Perlahan ia melangkah mundur, lalu meninggalkan pemakaman tanpa sepengetahuan Mirma.

“Maafin gue Surya... gue selama ini nggax pernah menjadi orang yang membuat elo bahagia. Gue selalu menyakiti elo. Surya maafin gue...”

“Tenang Mirma... loe harus kuat... gue percaya loe pasti bisa melewati semua ini” kata Hawa.

“Ya Tuhaaannn betapa berdosanya gue selama ini, nggax sadarkah gue betapa dia mencintai gue, Surya maafin gue... maafkan semua kesalahan gue, bahkan 5 tahun terakhir gue membenci elo, padahal elo...” Mirma tidak sanggup meneruskan kata-katanya hanya air matanya yang terus mengalir deras.

****

Mirma berlari sekuat tenaganya, air matanya udah nggax bisa dibendung lagi. Perkataan Hawa beberapa saat yang lalu masih terngiang dibenaknya, mengatakan kalau hari ini Steve akan kembali kerumah tantenya. Jauh meninggalkan kota ini, Mirma nggax mau itu terjadi. Tidak untuk kehilangan dua orang sekaligus. Sudah cukup penderitaannya selama ini. Ia harus bahagia sekarang, dan itu artinya harus bersama Steven. Nggax perduli apakah Steven akan membenci dan menolaknya, tapi dia akan mencobanya terlebih dahulu. Dia akan menemui cowok yang sangat dia cinta serta masih ber tittle pacarnya itu. Dia nggax mau melakukan kesalahan dua kali. Dan diaa...

Tatapan Mirma terhenti pada sosok Steven yang turun dari rumahnya dengan langkah gontai. Jelas merasakan sakit didalam hatinya, kehidupannya seperti hilang, keceriaannya selama ini seoalah menghilang dari wajahnya. Steve berjalan kearah mobilnya, dengan cepat Mirma melangkah menghampirinya dan dari belakang ia langsung memeluk tubuh Steve yang sempat limbung akibat perbuatannya. Jelas kalau sang pemilik tubuh kaget dengan apa yang terjadi.

“Gue mencintai elo Steven... Sangat!!” kata Mirma sambil memeluk Steven erat.

“Mirma...”

“Gue mohon jangan pergi. Gue udah pernah kehilangan cinta gue sekali. Dan gue nggax mau merasakan hal yang sama untuk kedua kalinya. Gue mau elo tetap berada disisi gue Steve, gue butuh elo untuk bahagia” kata Mirma dan makin mengeratkan pelukannya seolah nggax akan ia lepaskan. Membuat Steven terdiam sesaat.

“Mir...”

“Loe inget nggax, loe pernah bilang ‘Cintai orang yang loe anggap loe nggax bisa hidup tampanya, bukan orang yang loe anggap loe bisa hidup dengannya’ gue nggax tau Steve, apa gue bisa hidup tanpa loe, atau nggax. tapi yang jelas, gue nggax mau mencoba dan merasakannya. Gue nggax mau kehilangan elo Steven...” kata Mirma, Steven melepas pelukan Mirma, dan dengan hati-hati ia berbalik kearah Mirma. Menatapnya.

“Gue juga sangat mencintai elo Mirma...” kata Steven lembut tapi tetap terdengar tegas, lalu menarik Mirma kedalam pelukannya.

“Maaf in gue Steven...” kata Mirma dalam pelukan Steven yang terasa bisa menenangkan hatinya.

“Nggax Mirma, loe nggax salah, gue yang seharusnya Minta Maaf sama loe, karena nggax jujur dari awal” kata Steven.

“Gue udah bicara kasar sama loe kemaren Steve...” kata Mirma, Steven melepaskan pelukannya dan menatap Mirma.

“Loe pantas melakukannya Mir... loe berhak melakukan semua itu karena gue memang salah gue yang harus Minta maaf sama loe” balas Steven.

“Ini salah gue Steve” Mirma tetap bersikeras.

“Nggax Mirma, ini salah gue. Gue yang udah nggax jujur sama loe...”

“Tapi gue udah bicara kasar sama loe...”

“Tetap saja itu karena salah gue Mirma...”

“Steve, ini salah gue!”

“Nggax Mirma... ini salah gue”


“Ya udahlah, ini salah loe...” kata Mirma sebel dan cemberut sambil mengalihkan pandangannya kearah lain, lalu melipat kedua tangannya di depan dadanya.


“Lho kok gitu sih, nggax bisa gitu donk. Loe kan juga salah” Steven nggax terima.

“Loe itu gimana sih, tadi gue bilang salah gue, loe tetap ngotot bilang ini salah loe. Nah, giliran gue bilang ini salah loe, kenapa malah nggax terima” Mirma kesel.

“Ya. Ini kan salah loe juga, loe juga harus bilang gitu donk” Steve jadi sebel.

“Kalau gitu kapan selesainya? Capek tau gue harus Minta maaf tapi loe nggax mau denger” balas Mirma.

“Ya udah deh, ini salah kita berdua” kata Steve akhirnya.

“Nah ginikan aman. Kalau gitu gue udah Maafin elo, loe juga mau maafin gue kan?” tanya Mirma, Steven mengangguk sambil tersenyum.

“Loe pernah bilang kan kalau loe menyesali pertemuan pertama kita, karena itu diawali dari semua kebohongan. Kalau begitu gimana kalau kita mulai semua dari awal lagi?” tanya Steve sambil mengulurkan tangannya “Hei, gue Steve. Boleh kita kenalan?” tanyanya sambil tersenyum.

“Baiklah, gue Mirma” jawab Mirma sambil membalas uluran tangan Steven “Senang berkenalan sama loe” lanjutnya sambil tersenyum.

“Gue juga. Emmm gimana kalau untuk memulai pertemuan kita. Loe jadi pacar gue?” tanya Steven sambil tersenyum bangga.

“Emmm, penawaran yang baik. Baiklah, gue mau jadi pacar loe” jawab Mirma seneng.

“Hemmm, memang nggax akan ada yang bisa menolak dengan pesona gue” kata Steven.

“Huuu Narsiiis,.. bener-bener diwaktu yang nggax tepat!” keluh Mirma.

“Hehehe kenyataan kali...”

“Eh, tapi loe nggax jadi pergi kerumah tante loe kan?” tanya Mirma begitu teringat alasannya menemui Steve.

“Hee?? Rumah tante gue? Ngapain?” pertanyaan Steven tentu membuat kening Mirma berkerut bingung.

“Hawa bilang...”


“Hawa??” Potong Steven “Wah hebat tuh anak. Bisa tau apa yang belum gue rencanakan. Dia bisa membaca masa depan ya?” tanyanya.

“HA?! Jadi gue dibohongin nih???” Mirma nggax terima, dan siap melangkah pergi. Tapi Steven menahannya.

“Sepertinya gue harus Mengucapkan terima kasih sama dia secepatnya” Kata Steven.

“Tapi dia itu keterlaluan banget Steve, gara-gara dia gue jadi kesini dan menyingkirkan jauh-jauh gengsi gue. Padahal gue masih mau marah sama loe sampai loe minta maaf dan nemuin gue” kata Mirma cemberut.

“Oohh.. jadi loe mau di bujuk dulu nih ceritanya... Huuu” balas Steven sambil mencubit hidung Mirma gemes “Tapi loe harus tau, kalau gue akan pergi saat loe menginginkannya. Jadi karena loe bilang kemaren kalau loe membenci gue. Maka gue nggax akan menemui elo” lanjutnya dengan tampang menyakinkan.
“Kalau gitu... apa loe mau tetap bersama gue kalau gue yang memintanya?” tanya Mirma.

“Sekali loe bilang loe menginginkan gue, maka konsekuensinya begitu berat Mirma. Loe nggax akan bisa pergi jauh dari hidup gue. Dan loe akan menjadi milik gue selamanya”

“Gue rasa itu hukuman yang pantas” kata Mirma sambil tersenyum begitu juga sama Steve.

“Mungkin ini terdengar basa-basi. Tapi... terima kasih loe udah hadir di dunia ini..” kata Steve “Loe tau, bagian tubuh loe yang paling gue suka?” tanyanya tiba-tiba.

“Loe...” Mirma nggax meneruskan kata-katanya.

Disaat seperti ini kenapa bicaranya seperti itu. Nggax ngerti banget sih. Masa ngomong yang begituan. Gerutu Mirma dalam hati. Sebel. Steve mengangkat tangannya dan menunjuk kearah sebelah kiri atas dadanya lalu menyentuhnya.

“Jantung loe” kata Steven “Benda yang menopang loe agar tetap hidup. Dulu, nanti dan gue harap bertahan lama” lanjutnya sambil tersenyum. Lalu menarik Mirma kedalam pelukannya. Awalnya Mirma masih terdiam, tapi kemudian bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman yang manis.

“Mirma... Mulai sekarang, gue akan menjadi diri gue sendiri, gue nggax akan lagi meng copas gaya kakak gue. Dan untuk itu, apa loe masih mau menerima gue. Yang hanya seperti ini, tanpa ada bayang-bayang dari kak Surya, karena gue hanya...”

“Steve...” Potong Mirma sambil mengangkat kepalanya dan menatap kearah Steven “Mulai sekarang, gue udah nggax perduli, loe itu siapa? Buat gue, Steven maupun Surya. Sama saja. Dan sekarang, siapapun elo, dan gimana pun sefat serta keadaan elo. Yang jelas, gue mencintai elo. Hari ini, esok, dan gue harap bertahan lama” lanjutnya sendu meski tetap terdengar tegas. Steve membalas tatapannya dengan kebahagiaan.

“Mirma...” Steven kembali memeluk Mirma dengan bahagia, dan nggax ada lagi yang bisa ia ucapkan, Mirma menyandarkan kepalanya didada sang cowok. Betapa bahagianya hati mereka. Tanpa mampu berkata-kata lagi, mereka merasakan hangat dan indahnya cinta ini.

The end.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar