Cerpen Cinta 'Ending' Part ~ 03 End

Uhuk-uhuk... Datang dengan terbatuk-batuk sok lagi sakit. Hehehhe, ceritanya kan lagi G A L A U Galau. Wkwkwkkw sudah lama juga nih cerpen ga dilanjut, karena kemaren yaahh seperti sebelum-sebelumnya, banyak kendalanya gitu deh. Dan untuk Cerpen Cinta ‘Sweety Heart’ yang sepertinya juga bakal pake part itu mungkin akan dilanjut nanti, Penulis cantik mau ngelanjut nih cerpen dulu. Kalo bisa sii cepetan ending gitu yak.. hehe...

Tapi tetap saja, kalo nih cerpen cinta ‘Ending’ benran selesai, pasti bingung juga bakal nyari ide dadakan atau ide – ide lainnya lagi. Dan pasti lagi-lagi akan kembali mengingatkan penulis tentang Cerpen cinta Prince and Princess yang ga tau bakal sampai kapan tuh nunggaknya, bingung mau ngelanjutinnya. Okelah, dari pada kebanyakan ngoceh ga jelas, langsung ajja ke ceritanya. Over all, happy reading yaa...


Hari ini mungkin akan menjadi hari paling bersejarang untuk Tiara. Ia sudah berusaha untuk menguatkan hatinya, ya rencananya siang ini ia akan segera menyelesaikan masalahnya dengan Sam. Ia benar-benar berharab agar air matanya tidak mengalir atau keluar setetes pun didepan cowok itu, ia tidak boleh lemah dengan smua ini. Karena ia tau, semua ini memnag sudah sepantasnya terjadi. Tiara melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya. 11:15 itu artinya sudah hampir 10 menit ia menunggu Sam ditaman itu. Karena kemaren janjinya Sam akan menemuinya disini untuk segera menyelesaikan masalahnya.

Tiara berusaha untuk menetralkan detak jantungnya yang sedikit menggila karena gugup. Benarkah ini hari terakhirnya untuk bersama Sam? Karena tidak sabar, Tiara meraih hanpone nya yang tergeletak disampingnya, dan mengetik sebaris kalimat.

Dimana? Kamu jadi datangkan? Aku sudah menunggumu ditaman

Dan Tiara langsung meng Sent SMS itu ke contact special hanponenya dengan nama ‘Pangeran Kodok’ Nama Sam di contact hanpone nya. Sepertinya ia tidak akan sempat untuk menceritakan kenapa ia memberikan nama itu. Tapi yang jelas mungkin sekarang artinya akan berbeda dari pada pertama kali ia memberikan gelar itu. Yahhh mungkin memang sudah berbeda.

Tidak ada balasan, Tiara menghembuskan nafas panjang. Mungkin memang sebaiknya ia menunggu saja, sambil menunggu Sam, Tiara mengotak-atik hanponenya. Pandangannya terhenti pada sudut atas layar hanponenya. Selasa, 11 Februari 2014. Tiara berusaha untuk tersenyum, mungkin memang ini akan menjadi sejarah dalam hidupnya. Kemudian Tiara menoleh kesamping, tepat dua bangku disampingnya. Kosong, dan lagi-lagi ia tersenyum.

Bangku disebrang sana mengingatkannya akan satu kenangan, yang mungkin juga akan menjadi sejarah dalam hidupnya. Ingatannya kembali kemasa lalu, tepatnya Senin 06 Januari 2014, tepat dimana ia jadian bersama Sam dan sekarang... yaahh sepertinya tidak akan ada yang tau masa depan bukan? Siapa sangka, jika cintanya akan kandas seperti ini. Bahkan dengan waktu yang sangat singkat. Benar-benar menyedihkan.

“Maaf, aku terlambat” Ucap Seseorang dari samping, Tiara segera menoleh dan membuyarkan lamunannya, menatap kearah Sam yang juga sedang menatap kearahnya. Tiara berusaha untuk tersenyum. Sepertinya ia sudah yakin jika ia akan kuat menghadapi semua ini. Ia, dia pasti kuat dan tidak akan ada air mata.

“Duduklah...” Tiara menggeser tempat duduknya dan mempersilahkan Sam untuk duduk disampingnya. Sam menurut dan duduk disamping Tiara dengan helm ditangan. Melihat dari raut wajahnya, Tiara yakin jika Sam tampak gugup.

“Terimakasih sudah mau datang” Ucap Sam membuka pembicaraan. Tiara hanya mengangguk tanpa berani menoleh kearah Sam, ia tidak mau terlihat lemah. Ia harus bisa menetralkan detak jantungnya dan sejauh ini tampaknya usaha itu berhasil.

“Hmm-Emm... Sepertinya kita sudah bisa mulai sekarang” Balas Tiara dan lagi-lagi memaksakan untuk tersenyum, Sam beranjak dan berdiri tepat didepan Tiara bersandar kearah Pagar yang membatasi kolam dibelakangnya, Tiara mendongkak, menatap kearah Sam yang jelas sekali sedang merasa cukup gugup.
“Sepertinya aku tidak bisa lagi menyakitimu...” Ucap Sam memulai kata-katanya, Tiara diam mendengarkan “Aku yakin, kamu sudah banyak merasakan sakit karenaku” Lanjutnya.

“Kalau kamu tau, kenapa tetap melakukannya...”

“Aku minta maaf untuk semua hal yang telah terjadi, aku benar-benar menyesal telah membuatmu terluka selama bersamaku, dan aku ingin mengakhiri semua penderitaanmu. Aku tidak ingin terus-terusan menyakitimu seperti ini” Kata Sam tanpa menanggai ucapan Tiara.

“Kalau itu membuatmu senang, lakukanlah” Balas Tiara dan kembali menatap Sam yang dengan segera mengalihkan tatapannya kearah lain, tangannya masih memegang helm untuk menyembunyikan kegugupannya.

“Tidak. Itu sepertinya tidak adil untuk mu, aku tidak mungkin senang sendiri sementara kamu terus merasakan sakit” Jawab Sam kemudian.

“Jadi apa yang ingin kamu lakukan?” Tanya Tiara “To the point ajja. Tidak usah berbelit-belit, kamu seharusnya tau, aku sudah muak dengan semua ini. Aku ingin mengakhiri masalah kita secepatnya, dan satu lagi. Aku juga cukup muak mendengar kemunafikanmu”

“Aku tau kamu marah, tapi kamu juga harus tau. Bahwa aku hanya berusaha untuk jujur dengan apa yang aku rasakan” Sam tampak bela diri.

“Terkadang aku heran Sam, kamu bilang tidak ingin menyakitiku, tapi apakah kamu tau jika tindakanmu beberapa hari ini benar-benar menyakitkan. Bahkan kata-katamu kemaren masih terngiang jelas diingatanku. Menurutmu, aku itu egois bukan? Aku juga keras kepala, sok cantik, mau menang sendiri dan tidak pernah memntingkan prasaan orang lain. Apakah kamu tau seberapa sakitnya aku mendengar semua itu? Mungkin aku masih bisa terima jika aku dikatakan seperti itu oleh musuh-musuhku, tapi ini berbeda. Ini kamu sendiri yang mengatakannya. Kamu tau ga sii jika kata itu benar-benar menyakitiku”

“Aku tau. Makanya aku minta maaf dan tidak ingin menyakitimu lebih banyak lagi” Jawab Sam. Tiara terdiam, berusaha menenangkah hatinya yang sepertinya hampir terbawa emosi.

“Baiklah, katakan apa yang ingin kamu sampaikan”

“Sebenarnya kamu itu cewek baik Tiara, dan kamu tau aku pasti tidak pantas untukmu. Kamu terlalu baik dan tetap tidak mau menyakitiku lagi. Tapi kamu harusnya tau, sikap itu malah membuatku merasa bersalah dan semakin ingin mengakhiri semau ini. Aku tidak ingin terus menyakitimu lagi...”

“Berhenti mengatakan kemunafikan” Potong Tiara “Katakan saja apa yang menjadi point pembicaraanmu kali ini, aku benar-benar bosen dengan semua kemunafikan itu” Lanjutnya.

“Aku memang mencintaimu... tapi itu dulu. Karena sekarang, aku tidak lagi merasakan adanya rasa cinta itu” Ucap Sam. Deg. Jantung Tiara seolah berhenti berdetak, tapi kemudian malah berdetak keras tanpa bisa ia netralkan, air matanya hampir menetes jika saja ia tidak buru-buru memaksakan senyuman kearah Sam. Ia harus bisa menyelesaikan ini tanpa adanya kesalahan. Tidak ada air mata.

“Baiklah, aku sudah tau kemana arah pembicaraan ini. Aku bisa menurutinya asalahkan kamu mengatakan dua kalimat yang aku ingin dengar dari mulutmu sendiri. Pertama, ungkapan bahwa kamu tidak bahagia bersamaku, kedua ungkapan bahwa kamu tidak mencintaku” Kata Tiara berusaha untuk menatap kearah Sam, tepat kearah matanya.

“Akkuu...”

“Tatap aku Sam” Ucap Tiara tegas “Kamu harus mengatakannya dengan menatapku, kamu sedang berbicara denganku bukan?” Lanjutnya.

“Tiara... kamu taukan kalau aku selama ini bahagia... aku bahagia bersamamu” Kata Sam sambil menatap kearah Tiara.

“Bukan kalimat itu yang ingin aku dengar Sam. Sudahlah, katakan saja apa yang aku minta” Balas Tiara “Agar aku bisa melupakanmu tanpa beban” Lanjutnya.

“Tapi aku benar bahagia bersamamu...”

“Munafik” Potong Tiara, Sam menghembuskan nafas maklum. Sepertinya ia sudah tau jika Tiara pasti akan mengatakan itu kepadanya, ya. Ia tau gadis itu marah, tapi sepertinya ia juga tidak bisa membohongi prasaannya sendiri. Ia tidak ingin menyakiti gadis itu lebih banyak lagi.

“Dengar, aku tidak berbahagia dan aku sudah tidak mencintaimu lagi” Ucap Sam sambil menatap kearah Tiara “Apakkah itu sudah cukup?” Lanjutnya. Seolah berusaha untuk segera menyelesaikan kalimat ittu tanpa bisa dicegah lagi dari nadanya, Tiara tau bahwa itu kalimat terdengar terpaksa, tapi tetap membuat Tiara seolah terlepas dari beban meski sakit didadanya kembali teremas. Seolah hatinya yang sedang luka, diremas dan ditaburi air garam. Perih, sakit dan benar-benar menyiksa.

“Baiklah, kamu sudah berhasil mengatakannya” Ucap Tiara Sambil tersenyum. Dan kali ini benar-benar senyum tulus yang ia berikan “Sebelum semuanya berakhir, aku hanya ingin mengatakan apa yang sedari tadi menganggu fikiranku. Kamu ingat ga dulu waktu pertama kali kamu membuatku jatuh cinta? Saat itu aku sedang membenci akan kehadiran cinta karena orng yang dulu mengisi hatiku telah melakukan kesalahan yang mampu membuatku membenci kehadiran cinta, tapi kamu mengatakan bahwa tidak semua laki-laki itu sama. Kamu berkata bahwa kamu itu berbeda dengannya. Dan apakah kamu tau kalau kamu benar-benar bebeda dengannya?” Lanjutnya.

Sam terdiam menunggu kelanjutan dari ucapan Tiara, ia tau gadis itu belum selesai bicara, terlebih lagi ia juga tidak tau apa yang harus ia ucapkan. Memang dulu ia mengatakan itu, tapi bagaimanapun dia telah melanggar kata-katanya sendiri dan ia tidak tau lagi harus berbuat apa. Sepertinya kata maaf pun tidak akan semudah itu untuk diterima. Jadi ia memutuskan untuk tetap diam dan menunggu kelanjutan ucapan Tiara.

“Kamu memang berbeda dengan yang dulu. Sangat berbeda... dulu Viand menyakitiku dan mencampakkanku begitu saja setelah apa yang telah kami lalui dan aku berikan kepadanya, dan sekarang... kamu tau... apa yang aku rasakan saat ini berbeda dari yang dulu. Karena pada kenyataannya... sekarang... aku merasakan rasa sakit yang lebih parah” Tiara meneruskan kata-katanya dan menatap kearh Sam. Seperti sudah menduga apa yang akan ia dengar, Sam kembali tersenyum maklum, ia tau memang sudah sepantasnya ia menerima kemarahan Tiara, meski gadis itu mengucapkannya tanpa emosi. Tapi ia yakin, sakit yang dirasakan gadis itu lebih sakit dari pada rasa sakit yang ia rasakan mendengar kalimat itu.

“Dann yahh terbukti bahwa setiap laki-laki itu berbeda bukan? Berbeda dalam menyakiti wanita. Aku tau, dan aku juga tidak marah denganmu. Aku tau kamu itu laki-laki yang baik. Sangat baik malah” Tiara melanjutkan kata-katanya, Sam masih terdiam karena tidak tau kemana arah pembicaraan Tiara nantinya, karena gadis itu mengatakan ia baik. Apakah itu tidak salah “Sungguh. Kamu itu baik, bahkan sangat. Tapi sayang, syaaaang banget, itu hanya terjadi disaat kamu butuh. Kamu hanya baik pas ada maunya ajja tau ga” Tambah Tiara yang lagi-lagi, untuk kesekian kalinya Sam tersenyum maklum. Entah menertawakan dirinya atau menertawakan fikirannya. Ternyata Tiara sedang berusaha untuk menyakitinya, yaah sedikit berhasil memang. Ia merasakan rasa sakit mendengar itu semua. Tapi ia masih bisa menerima karena ia yakin, Tiara lebih sakit lagi saat melewati beberapa hari yang lalu. Setidaknya ia masih punya sedikit hati untuk berusaha tidak menyakiti gadis itu lebih banyak lagi.

“Baiklah, sepertinya hanya itu yang ingin aku katakan. Dan mulai saat ini, kita berteman bukan?” Ucap Tiara sambil mengulurkan tangannya mengajak salaman. Sam menatapnya sedikit bingung, bingung dengan sikap Tiara yang dari tadi berubah-ubah, apakah ia tidak salah lihat. Tiara mengajaknya berjabat tangan untuk berteman, apakah gadis itu bisa menerima semua ini dengan tenang.

“Apakah berteman saja aku sudah tidak pantas?” Tanya Tiara membuyarkan apapun yang sedang Sam fikirkan saat ini ketika ia ragu untuk menjabat tangan Tiara, tapi akhirnya ia juga menjabat tangan itu dan tersenyum. Memberikan senyuman setulus yang ia bisa.

“Bisa. Tentu saja bisa, kita akan berteman mulai sekarang” Jawab Sam akhirnya. Sedikit perasaaan lega menyusup dihatinya, ternyata tidak seburuk yang ia fikirkan. Gadis ini benar-benar tidak menyulitkannya, walau bagaimana pun ia tetap merasa sakit dan meraasa bersalah dengan semua ini. Tapi semua sudah tejradi dan ia akan tetap melanjutkannya. Bodoh sekali dia telah menyia-nyiakan gadis sebaik dan setulus ini, yaah mungkin karena ia yang terlalu buruk untuk mendapatkan cinta dari gadis setulus itu. Tiara berhak mendapatkan yang lebih baik darinya.

“Masalah kita selesai, aku harap kamu bisa bahagia dengan pilihan dan keputusanmu” Ucap Tiara dan melepaskan jabatan tangannya. Sam tersenyum.

“Ku doakan semoga kamu mendapatkan pengganti yang lebih baik lagi Tiara”

“Terimakasih” Balas Tiara Tulus.

“Sudah Siang, ayo kita pulang” Ajak Sam.

“Kamu boleh duluan...” Tolak Tiara halus.

“Baiklah, aku pulang dulu. Kamu juga jangan terlalu lama disini, hari udah semakin siang. Takut kalau ibu mu akan bingung karena kamu terlambat sampai dirumah” Nasehat Sam sambil mengenakan helm nya kembali. Tiara berusaha untuk membalas dengan senyuman.

“Iyyaa... aku hanya butuh waktu sebentar, kamu tenang saja. Aku pasti akan baik-baiks aja... hati-hati Sam...” Jawab Tiara dan duduk membelakangi Sam yang melangkah menuju motornya. Perasaan lega sedikit merasuki dirinya meski rasa sakit tetap ia rasakan. Hubungannya benar-benar sudah berakhir sekarang. Dan apapun yang akan terjadi nanti, semoga saja ia bisa melewatinya.

Dan sepertinya memang sebaiknya ia segera melupakan laki-laki itu. Ia, saatnya membuka lembaran baru. Tiara menghembuskan nafas panjang dan tersenyum menyambut hari barunya. Masa-masa single nya. Dan sepertinya sejarah kembali terulang. Lagi-lagi ia pasti akan menolak hadirnya cinta. Bahkan mungkin membuatnya berkali-kali akan berfikir baik tentang laki-laki yang setia mencintai. Kepercayaannya dengan adanya cinta sudah berkurang dengan drastis menjadi hanya tinggal 25% saja. Untuk apa yang akan terjadi nanti. Jalani saja hidup ini...

The End...

Wwwkkwkwkwk gajelas banget yaa.... Ihihihihi benar-benar ga seperti yang diharapkan. Dannn wahhh pokoknya no coment ajja deh saia. Ancur banget kayaknya nih cerpen. Hahahha, ketemu di cerpen selanjutnya yaa... bye bye.



Salam~Mia Cantik~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar